Pendidikan Koperasi: Sekolah di Ladang, Ilmu di Rakyat

Agus Pakpahan

Di mana sekolah koperasi itu berdiri?
Di tikar yang menyimpan jejak kaki nenekmu,
Di bawah randu yang mendengar bisik doa subuh,
Di pasar yang tak menjual ilmu, tapi menyimpan hikmah,
Di dada petani yang tak pernah kuliah,
tapi tahu kapan tanah lapar dan langit murka.

Pendidikan koperasi bukan hanya soal gelar,
tapi soal keberanian menyentuh luka:
Mengapa harga ditentukan oleh yang tak menanam?
Mengapa panen tak cukup untuk menyuapi anak sendiri?
Mengapa kita diam saat nasib ditulis orang lain?

Di sana, Simon membisikkan batas logika,
Ostrom menanam benih aturan bersama,
Sen membuka pintu kapabilitas sebagai hak,
dan Multatuli menyalakan api:
Tulis! Tulis penderitaanmu, agar dunia menggigil.

Pendidikan koperasi adalah pemerdekaan,
dari ketidaktahuan yang diwariskan,
dari sistem yang membuat rakyat merasa kecil,
dari logika pasar yang tak pernah diajarkan
di sekolah yang hanya menghafal, bukan memahami.

Di kelas koperasi, guru dan murid saling menatap.
Di kelas koperasi, rapat adalah meditasi kolektif.
Di kelas koperasi, SHU adalah cermin keadilan,
dan keputusan bersama adalah mantra pembebasan.

Maka bangunlah sekolah koperasi,
bukan di gedung marmer yang dingin,
tapi di tempat di mana rakyat berkeringat,
di mana ilmu bukan milik elite,
tapi milik siapa pun yang bersedia mendengar
suara tanah, suara air, suara hati.
Suara koperasi.